Minggu, 14 Desember 2014

Kata Mutiara



                                Salahkah Merasa ?
Awalnya biasa saja,entah mulai kapan muncul rasa.
Bergejolak di dalam dada,laksana air mendidih menggelegak.
Pikiran penuh dengan wajahnya dan lidah tak bisa dikendalikan 
untuk selalu menyebut namanya.
Senyum yang jarang  terlihat,kini menjadi bingkai wajah..
Dan entah kenapa seluruh dunia juga seolah membalas senyumnya..
SAAT berjauh rindu,tapi bertatap muka maluu.
Saat tak jumpa terbayang-bayang,namun saat bertemu canggung
 meradang.
Ribuan kata dalam akal pikiran sudah terangkai,namun lidah kelu 
kaku dan lunglai.
Dari pesimis menjadi romantis,
Dari oportunis bisa berganti puitis.

Demi dia,tidak ada benua yang terlalu jauh untuk dijalani.
Demi dia,tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki.
Dan demi dia,tidak ada samudera yang terlalu luas untuk di seberangi.

Anda paham diri Anda adalah seorang pemberani.. namun mendadak
 gagap di hadapannya..
Anda tahu diri anda tidak terlalu senang berkorban demi orang lain,
tapi dihadapannya seolah ada seribu nyawa baginya.

Don’t panic,it’s not some kind of sickness,therefore no need to call a doctor .
#AndaJatuhCinta?


PARIWISATA
1. Definisi Pariwisata
    Pariwisata adalah suatu aktivitas yang diwujudkan melalui perjalanan 
wisata dengan mengunjungi
satu atau lebih dari satu daerah wisata dengan tujuan bersenang-senang.
Kata awal Tourism yaitu dari satu tempat dan kembali lagi.

2. Sifat Pariwisata
Ø Abstrak               à - Pada dasarnya pariwisata itu idea “pikiran” atau 
konsep . Setiap
Konsep harus diwujudkan,”kongkrit” 
perwujudan idea melalui program 
perwujudan,proyek,dan implementasi.
Dampak proyek pariwisata
· Social inpect        : Dampak sosial atau masalah antar manusia
· Culture inpect     : Dampak budaya
· Economy inpect  : Dampak ekonomi yang secara langsung berhubungan 
dengan dana dan naiknya
 harga
· Lingkungan inpect
Ø Interdisplinary  à Masalah yang  timbul di pariwisata tidak bisa 
diselesaikan hanya
dengan satu bidang saja,karena pariwisata
 berhubungan langsung
dengan berbagai bidang. Penyelesaian
 masalah harus dengan
beberapa bidang.
Ø Dynamycs          à Selalu terdapat perubahan . Ketika di wujudkan
 dalam bentuk
            proyek,selalu ada perubahan yang kadang
 tak terduga.
Ø Seasional           à Musiman . Disaat musim puncak(hari-hari 
besar,weekend) dan
musim diam.

3. Memahami atau Memandang Pariwisata
· Aktivitas  à adanya unsur perpindahan.
· Bisnis       à - Transportasi
                                     -Akomodasi (penginapan)
                                     -Food and Bavarage
                                     -Souvenir (Buah tangan atau cindera mata)
                                     -Cour bisnis (bisnis inti)
                                     -Supporting (Pom bensin,Pedakang kaki lima)
atau disebut peran
                                       pendukung/pembantu
· Sains         à yaitu ilmu pengetahuan . Di dunia pariwisata pasti 
terdapat kompetisi, dan
didalam persaingann terdapat ilmu. Jika ingin menang dalam
 kompetisi di dunia
pariwisata harus mempunyai ilmu yang mendasari,dan harus
 meningkatkan
kualitas diri dan kualitas produk yang akan di sugukan ke pihak
 konsumen.
4. Wisatawan
· Tourist    à Seorang wisatawan disebut tourist apabila berada di
 tujuan wisata minimal
       24jam.
· Excurtionist  à Wisatawan datang dan tidak berada ditempat
 wisata tidak lebih 24  jam.


5. Jarak
· Place of origin à Tempat dimana kita memulai perjalanan
· Destination  à Daerah tempat tujuan
· Tourist Destination à Daerah tempat tujuan tourist
· Minimal jarak place of origin ketempat tujuan pertama 
adalah 40 km. (Daerah tujuan wisata menurut 
pariwisata)
· 1 mil = 1,6 km
· 25 mil = 40 km

6. Purpose of visit
     Berguna dalam International Tourism 1963 di perkenalkan 
di Roma,dilakukan konferensi 
dengan membicarakan permasalahan “Konferensi
 Internasional Pariwisata

Kamis, 23 Oktober 2014

Penghantar Pariwisata

1. Nature Tourism
     Nature tourism adalah aktivitas wisata menuju tempat-tempat alamiah,yang biasanya di ikuti oleh aktivitas-aktivitas oleh fisik dari wisatawan. Termasuk dalam kategori ini,antara lain hiking,biking,sailing, dan camping. Di sini,kita juga mengenal adventure tourism,sebuah istilah yang merujuk kepada kegiatan wisata alam,namun lebih mempunyai nilai tantangan tersendiri,seperti panjat tebing,diving di laut dalam dan lainnya. Tempat-tempat wisata favorite jenis ini kebanyakan merupakan kawasan lindung,seperti taman nasional,taman laut,cagar alam,taman hutan raya,dan kawasan lindung laiinya.
  Definisi dan operasional wisata alam (nature tourism) tidak dapat di artikan secara langsung sebagai ekowisata,meskipun wisata alam mempunyai sisi strategis sebagai entry point untuk memahami ekowisata. Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa ide-ide ekowisata berkaitan dengan wisata yang diharapkan dapat mendukung konservasi lingkungan hidup. Karena tujuannya adalah menciptakan sebuah kegiatan industri wisata yang mampu memberikan peran dalam konservasi lingkungan hidup,sering kali ekowisata dirancang sebagai wisata yang berdampak rendah (Low Impact Tourism). Untuk menjawab maksud tersebut,ekowisata di karakteristikan dengan adanya beberapa hal berikut:
  1. adanya manajemen lokal dalam pengelolaan
  2. adanya produk perjalanan dan wisata yang berkualitas
  3. adanya penghargaan terhadap budaya
  4. pentingnya pelatihan-pelatihan
  5. bergantung dan berhubungan dengan sumber daya alam dan budaya
  6. adanya integrasi pembangunan dan konservasi

      More Honey dalam  bukunya Ecotourism and Sustainable Development: Who owns Paradise    (1999) memberikan kriteria-kriteria sebuah aktivitas ekowisata. Dalam aktivitasnya,ekowisata harus   menjawab dan menunjukan parameter berikut:

  1. Perjalanan ke kawasan ilmiah
  2 Dampak yang ditimbulkan terhadap Lingkungan rendah
  3. Membangun kepedulian terhadap lingkungan
  4. Memberikan dampak keuntungan ekonomi secara langsung bagi konservasi
  5. Memberikan dampak keuangan dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal
  6. Adanya penghargaan terhadap Budaya setempat
  7. Mendukun HAM dan gerakan demokrasi

2. Konservasi Kawasan Lindung
       Kawasan lindung,Taman Nasional,Cagar Alam,Taman Hutan Raya,dan sebagainya ditetapkan terutama untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati didalam kawasan (in situ conservation). Jenis konservasi lainnya yakni konservasi keanekaragaman hayati di luar kawasan(ex situ conservation) . Konservasi ex situ banyak dilaksanakan dikebun raya aquaria,kebun binatang,dan tempat-tempat penangkaran satwa liar.
     Dalam Global Biodiversity Assesment (Watson and Heywood,1995),kawasan lindung (antara lain) di definisikan sebagai berikut:
  • IUCN : merupakan area dataran dan laut yang khusus diperuntukkan bagi usaha perlindungan dan memelihara keanekaragaman hayati,SDA  dan budaya,serta mengaturnya secara legal dengan serangkaian kegiatan yang berarti.
  •  Convention of Biological Diversity (CBD) : Secara geografis,kawasan lindung didefinisikan sebagai daerah atau kawasan yang diperuntukan atau di tetapkan dan di atur untuk mencapai tujuan-tujuan konservasi.
  • Fourth World Congress on National Park and Protected Area di Caracas,Venezuela (1994) : Kawasan lindung didefinisikan sebagai daratan atau lautan yang secara khusus didefinisikan bagi perlindungan dan pemeliharaan keragaman hayati,SDA,dan budaya,yang diatur secara legal.
  • Global Biodiversity Strategi (WRI/IUCN/UNEP 1992) mendefinisikan bahwa kawasan lindung adalah "penetapan dan penunjukan secara legal wilayah daratn atau lautan. Wilayah tersebut dibawah kepemilikan publik atau privat yang diregulasikan dan diarahkan dalam pencapaian tujuan-tujuan spesifik konservasi"















Minggu, 12 Oktober 2014



                     KONSERVASI DALAM EKOWISATA


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah “Ekowisata”
Oleh:

Anita Septianti                  (142204099)
PRODI PENDIDIKAN PARIWISATA-PERHOTELAN
FAKULTAS ILMUBUDAYA
UNIVERSITASSUMATERA UTARA
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN


Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi.
Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu
 Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan.
Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).
Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal.
Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial.
Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggungjawab.
Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi.
Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah.

BAB II
PEMBAHASAN
 II.I PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA
       1.PENGERTIAN EKOWISATA
          Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah 

terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan 
budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal 
dan mendukung pelestarian alam. 
Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola 
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan 
budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat 
setempat dan nilai konservasi. 
Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai alternatif ekonomi 
yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak “ekstraktif” dengan 
berdampak negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. 
Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan 
lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. 
Namun agar ekowisata tetap berkelanjutan, perlu tercipta kondisi yang memungkinkan 
di mana masyarakat diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan 
usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah wisatawan, dan mengembangkan 
ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan.

Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme.
Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme.
Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu
seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk
menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata
yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava
bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentukgerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia.
Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. 
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: 
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan.
Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis.
Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).
Dari keduadefinisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam
mengembangkan ekowisata ini.Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata.
Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999)
yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yangterkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya,
tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

    2. PENDEKATAN PENGELOLAAN EKOWISATA
 Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat
yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang.
Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan 
biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam
sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula
dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. 
2. Melindungi keanekaragaman hayati. 
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
 Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. 
Pendekatan ini jangan justru dibalik.Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini:
Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural populations
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.

II.IIPRINSIP_PRINSIP PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DAN KONSERVASI 

       1. Keberlanjutan Ekowisata dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
            (prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat) 
                       Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang “HIJAU 
dan ADIL” (Green& Fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan 
konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif 
ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi 
manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan 
sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada 
konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan 
bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi. 
Kriteria:
• Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan dimana tingkat kunjungan 
dan kegiatan wisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata dikelola 
sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam 
maupun sosial-budaya 5
• Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan (listrik 
tenaga surya, mikrohidro, biogas, dll.) 
• Mendorong terbentuknya ”ecotourism conservancies” atau kawasan 
ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan khusus yang 
pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang 
berkompeten 

   2. Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (Prinsip partisipasi
       masyarakat) 
          Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga 
menjadi isu kunci: pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi 
lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang 
adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa 
ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama 
yang baik antara Tour Operator dan organisasi masyarakat (contohnya: KOMPAKH, 
LSM Tana Tam). Peran organisasi masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat 
adalah stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari 
pengembangan dan pengelolaan ekowisata. 
Koordinasi antar stakeholders juga perlu mendapatkan perhatian. Salah satu model 
percontohan organisasi pengelolaan ekowisata yang melibatkan semua stakeholders 
termasuk, masyarakat, pemerintah daerah, UPT, dan sektor swasta, adalah ”Rinjani 
Trek Management Board.” Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan banyak 
membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata 
merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat. 
Kriteria: 
• Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan Tour Operator untuk 
memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata; dan antara 
lembaga masyarakat dan Dinas Pariwisata dan UPT 
• Adanya pembagian adil dalam pendapatan dari jasa ekowisata di 
masyarakat 
• Organisasi masyarakat membuat panduan untuk turis. Selama turis 
berada di wilayah masyarakat, turis/tamu mengacu pada etika yang 
tertulis di dalam panduan tersebut. 
• Ekowisata memperjuangkan prinsip perlunya usaha melindungi 
pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal, termasuk: 
foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dll. 

     3. Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat) 
         Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay 
bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola 
secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga setempat. 
Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang 
tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan secara langsung 
manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih 
terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk ekowisata di mana 6
soerang turis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai alam, budaya 
masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak turis dan pihak tuan 
rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain, dan dengan itu dapat 
menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay sesuai dengan 
tradisi keramahan orang Indonesia. 
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalamannya 
tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang 
diberikan kepada turis. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan 
langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga 
kelestarian alam dan obyek wisata. 
Kriteria: 
• Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur standar kelayakan 
homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata 
• Ekowisata mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai 
dengan kondisi lokasi wisata 
• Ekowisata mendorong ketersediaan homestay 
• Ekowisata dan tour operator turut mendorong peningkatan pengetahuan 
dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku ekowisata terutama 
masyarakat 

      4. Prinsip Edukasi
        Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada wisatawan 
tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
Dalam pendekatan ekowisata, Pusat Informasi menjadi hal yang penting dan dapat juga 
dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang 
turis yang bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan dari 
segi budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan acara seni, kerajinan dan produk budaya 
lainnya. 
Kriteria: 
• Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan 
mengembangkan upaya konservasi 
• Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan aktivitas meningkatkan 
kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang 
perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya 
• Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi untuk para turis/tamu 
menjadi bagian dari paket ekowisata 
• Mengembangkan skema di mana tamu secara sukarela terlibat dalam 
kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama 
kunjungannya (stay & volunteer). 

     5. Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan
          lokasi ekowisata (prinsip konservasi dan wisata)
             Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu 
diperhatikan sebelum perkembanganya ekowisata berdampak negative terhadap alam 
(dan budaya) setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah: 
jumlah turis/tahun; lamanya kunjungan turis; berapa sering lokasi yang “rentan” secara 
ekologis dapat dikunjungi; dll. Zonasi dan pengaturannya adalah salah satu pendekatan 
yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan kawasan ekowisata. 
Kriteria: 
• Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat pemanfaatan ruang 
dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui 
pelaksanaan sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan 
• Fasilitas pendukung yang dibangun tidak merusak atau didirikan pada
    ekosistem yang sangat unik dan rentan 
• Rancangan fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan
    masyarakat lokal terlibat dalam proses perencanaan dan pembangunan 
• Ada sistem pengolahan sampah di sekitar fasilitas umum. 
• Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk menyimbangi
    penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah 
• Mengembangkan paket-paket wisata yang mengedepankan budaya, seni
    dan tradisi lokal. 
• Kegiatan sehari-hari termasuk panen, menanam, mencari ikan/melauk,
   berburu dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan
   wisatawan pada cara hidup masyarakat dan mengajak mereka
    menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.

      5.1  ekowisata berbasis masyarakat di Heart of Borneo
 Pemerintah Daerah di pedalaman Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah, Kalimantan Timur) 
telah melihat potensi ekowisata sebagai aset pembangunan kabupaten dan mulai mengembangkan 
ekowisata serta menjadikannya sebagai sumber pendapatan daerah. Hal ini terutama terjadi di Kabupaten 
Malinau dan Kabupaten Kapuas Hulu yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai “Kabupaten Konservasi” 
dan berkomitmen untuk menjadikan konservasi sebagai dasar pembangunan yang mampu mensejahterakan 
masyarakat dan ramah lingkungan. 
Heart of Borneo terletak di perbatasan kawasan kerjasama BIMP-EAGA yang menjangkau negara 
Indonesia, Malaysia dan Brunei. Di dalam lingkup Indonesia, kawasan ini terbentang di daerah pedalaman 
pegunungan yang umumnya didiami oleh masyarakat Dayak, dengan tutupan hutan tropis yang masih luas 
dan mosaik lanskap lahan pertanian buatan manusia, telah menjadikan Heart of Borneo sebagai perbatasan 
baru untuk pengembangan ekowisata. 
Bersama-sama dengan masyarakat, WWF-Indonesia di Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman 
Nasional Kayan Mentarang telah membangun kapasitas setempat untuk mengelola usaha ekowisata 
berbasis masyarakat dalam rangka membangun alternatif ekonomi yang berkelanjutan dan membantu 
masyarakat melindungi hutan mereka. Kawasan proyek percontohan ekowisata ini memiliki potensi yang 
besar yaitu keindahan lanskap, alam yang menarik, peninggalan bersejarah dan keramahan masyarakat 
lokalnya. Jaringan kerja strategis antara masyarakat dan berbagai inisiatif ekowisata di sepanjang 
perbatasan dengan Malaysia (Sarawak dan Sabah) telah terbentuk di kawasan Heart of Borneo. 

1. Proyek percontohan :   Hulu Bahau dan Hulu Pujungan, Kab. Malinau, Kalimantan Timur 
Atraksi utama:petualangan rimba dan trekking, petualangan sungai; budaya Dayak (tarian, pahat, kerajinan); peninggalan
 arkeologi (batu dan gua pemakaman); stasiun penelitian hutan tropis; pengamatan hidupan liar (rusa, lembu liar, babi 
hutan); cocok untuk trekking selama 5-7 hari/malam ke daerah lain. 
Akomodasi: Rumah tinggal di semua desa dan kamar inap (sederhana) di pusat-pusat kecamatan (Long Pujungan dan
                       Long Alango) 
Pengelola lokal: Panitia ekowisata di tingkat desa 
Akses: dengan perahu panjang/perahu sungai dari Tanjung Selor atau menyewa pesawat kecil dengan rute
             Tarakan/Malinau-perlu diperhatikan mengenai fleksibilitas waktu dalam penjadwalan 
Promosi: Lonely Planet Guide ("Borneo"); website www.borneoecotourism.com; buku panduan travel. 

2. Proyek percontohan: Krayan dan Krayan Selatan, Kab. Nunukan, Kalimantan Timur 
Atraksi utama: trekking hutan dan jalan-jalan di ladang padi; keindahan bentang lahan; kebudayaan (tari tradisional, musik, 
kerajinan tangan); kuliner lokal (menu masakan dari tumbuhan alam dan organic); peninggalan arkeologi (batu dan gua 
pekuburan; pahat batu; cocok untuk trekking lintas batas dan ekowisata di dataran tinggi Sarawak. 
Akomodasi: Rumah tinggal di semua desa dan kamar inap (sederhana) di pusat-pusat kecamatan (Long Bawan) 
Pengelola lokal: FORMADAT di Krayan dan LSM Tana Tam di Krayan Selatan, plus panitia ekowisata di tingkat desa. 
Akses: melalui transportasi udara dari Indonesia (regular dan sewa penerbangan dari Nunukan/TarakMalinau) dan 
melalui jalan logging dari Sarawak di sepanjang perbatasan Indonesia-Malysia. 
Promosi: Lonely Planet Guide ("Borneo"); website www.borneoecotourism.com; buku panduan travel; leaflet dan 
website Borneo Jungle Safari. 
Kemitraan: Borneo Jungle Safari (BJS), Tour Operator in Sarawak. 

3. Proyek percontohan: Betung Kerihun National Park, Kab Kapuas Hulu, Kalimantan Barat 
Atraksi utama: trekking hutan dan petualangan; budaya (tari tradisional, musik, kerajinan); rumah panjang; trekking jauh ke 
Hulu Mahakam (Kalimantan Timur); cocok untuk ekowisata lintas batas bersama Taman Nasional Lanjak Entimau 
(Sarawak). 
Akomodasi: Rumah tinggal di semua desa dan rumah panjang 
Pengelola lokal: KOMPAKH di Putussibau dan panitia ekowisata di tingkat desa 
Akses: transportasi darat atau transportasi udara dari Pontianak, menggunakan boat dari Putussibau ke kawasan 
taman nasional 
Materi promosi: web-site (KOMPAKH); leaflet dan buku panduan travel. 
Kemitraan: kolaborasi dengan operator perjalanan Jerman dan Indonesia

BAB III
PENUTUP

 III.I KESIMPULAN
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami. Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang,
namun wisatawan dapat menikmatinya. Ekowisata selalu menjaga kualitas,
keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan rnenjamin keberpihakan kepada masyarakat.
Peranan masyarakat lokal sangat besar dalam upaya menjaga keutuhan alam.
Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,
saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
Potensi sumberdaya alam yang megadiversity merupakan peluang yang sangat prospek untuk pengembangan ekoturisme.
Ekoturisme dapat memberikan kontribusi dan menghasilkan sebuah mekanisme dana untuk kegiatan konservasi dan secara ekonomi
akan memberdayakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat dalam aktivitas ekoturisme akan menjamin keamanan dan
keberadaan sumberdaya alam tersebut. 
Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan ekoturisme adalah bagaimana merubah keunggulan komparatif ekologis (dan politis)
menjadi keunggulan kompetitif di era pasar bebas. Kerjasama yang sinergi antara semua stakeholder merupakan jawaban untuk mengatasi
berbagai kendala dalam pengembangan ekoturisme.
Pengembangan ekoturisme memerlukan keahlian yang multidisiplin dan melibatkan berbagai stakeholder.
Konsep carrying capacity dan partisipasi masyarakat lokal harus menjadi pertimbangan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan program.
Kegiatan penelitian diperlukan sebagai dasar pelaksanaan program, sedangkan pendidikan diperlukan untuk penyamaan visi, kesadaran, pemahaman, atau keterampilan para stakeholder.
Pendidikan dan penelitian sangat menentukan kualitas dan keberhasilan program ekoturisme.


III.II Saran
Memang suatu organisasi kepariwisataan itu keberadaannya sangat penting dalam dunia kepariwisataan. Organisasi-organisasi tersebut mengatur ketertiban jalannya suatu kegaitan pariwisata. Sehingga pendidikan mengenai pariwisata sebaiknya telah diajarakan sejak awal, jangan hanya pada saat seseorang telah menginjak bangku perkuliahan.


DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan For Indonesia. Jakarta.

Dephutbun. 2000. Teknik Pengelolaan dan Kebijaksanaan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati. Proceeding Workshop. Bogor.

Dirjen PKA. 2000. Kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi. Makalah diskusi Widiaswara Dephutbun. Bogor.

David Western. 1993. Memberi Batasan tentang Ekoturisme. Ekoturisme Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola. The Ecotourism Society. North Bennington, Vermonth.

Dorfman, Robert and Nancy S. Dorfman, 1977. Economic of The Environment. Secon Edition. WW.Norton and Company.Inc.New York.

Fandeli, C., 1999. Pengembangan Ekowisata dengan Paradigma baru Pengelolaan Areal Konservasi. Makalah dalam lokakarnya Paradigma Baru Manajemen Konservasi. Yogyakarta.

Kodyat, H. 1998. Sejarah Lahirnya Ekowisata di Indonesia. Makalah Workshop dan Pelatihan Ekowisata. Yayasan Kehati. Bali.